Mini Cooper di Indonesia - Di Indonesia, Mini (yang lebih dikenal hanya sebagai “Morris”) mulai menggaung namanya pada dekade 70an sebagai mobil kecil yang kenceng, mampu menjuarai turnamen-turnamen di arena balap Ancol, yang dikendarai oleh Hengki Irawan (1967-1968) dan Karsono (1968-1978).
Importir PT Java Motors memasukkan Mini dengan tipe CKD (dalam bentuk kit, langsung dari Inggris) dan dirakit oleh PT National Assemblers yang berpusat di Medan sejak pertengahan 70an tadi hingga 1979 meskipun terdapat pula Mini tahun 60an (atau bahkan lebih dahulu lagi) yang masuk ke Indonesia melalui importir individu, dan biasanya dalam keadaan CBU. Tidak diketahui jumlah pasti mobil impor maupun mobil-mobil CKD tersebut, namun diduga jumlahnya kurang dari 1000 unit, tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dengan konsentrasi terbesar di Jakarta.
Pada tanggal 29 Agustus 1993, didirikanlah Jakarta Morris Club (JMC) oleh para pemilik mobil Morris pada saat melakukan touring ke Ciater, Jawa Barat, yang bertujuan untuk melestarikan keberadaan mobil-mobil tersebut. Pemilihan nama Morris dan bukan Mini merupakan kesengajaan agar bukan hanya pemilik Mini yang dapat bergabung, tapi juga pemilik mobil dari merk Morris seperti Morris Minor atau Morris 1100/1300.
Terbatasnya jumlah mobil, suku cadang yang agak susah didapat, kekhawatiran mogok di jalan; kesemuanya ternyata tidak mampu meyurutkan semangat anggota JMC dalam memiliki Morrisnya, dan berkumpul serta bersilaturahmi bersama-sama para pemilik dan penggemarnya. Perjalanan jauh ke luar kota sudah sering dilaksanakan, seperti ke Lampung, Anyer, Jatiluhur, Bandung, Garut, bahkan beberapa diantaranya sudah dibawa dalam perjalanan rally dan touring ke Solo, Blitar dan Bali.
Dalam sejarahnya, Mini telah berganti-ganti nama pabrikan: Austin, Morris, Leyland, British Leyland, Austin-Rover, Rover, MG-Rover. Namun, satu hal yang tidak tergantikan ialah faktor klasik desain mini, yang hebatnya sampai saat ini (hampir 50 tahun kemudian), masih menarik, enak dipandang mata dan sebagai mobil koleksi .(Mini Cooper Indonesia)
Importir PT Java Motors memasukkan Mini dengan tipe CKD (dalam bentuk kit, langsung dari Inggris) dan dirakit oleh PT National Assemblers yang berpusat di Medan sejak pertengahan 70an tadi hingga 1979 meskipun terdapat pula Mini tahun 60an (atau bahkan lebih dahulu lagi) yang masuk ke Indonesia melalui importir individu, dan biasanya dalam keadaan CBU. Tidak diketahui jumlah pasti mobil impor maupun mobil-mobil CKD tersebut, namun diduga jumlahnya kurang dari 1000 unit, tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dengan konsentrasi terbesar di Jakarta.
Pada tanggal 29 Agustus 1993, didirikanlah Jakarta Morris Club (JMC) oleh para pemilik mobil Morris pada saat melakukan touring ke Ciater, Jawa Barat, yang bertujuan untuk melestarikan keberadaan mobil-mobil tersebut. Pemilihan nama Morris dan bukan Mini merupakan kesengajaan agar bukan hanya pemilik Mini yang dapat bergabung, tapi juga pemilik mobil dari merk Morris seperti Morris Minor atau Morris 1100/1300.
Terbatasnya jumlah mobil, suku cadang yang agak susah didapat, kekhawatiran mogok di jalan; kesemuanya ternyata tidak mampu meyurutkan semangat anggota JMC dalam memiliki Morrisnya, dan berkumpul serta bersilaturahmi bersama-sama para pemilik dan penggemarnya. Perjalanan jauh ke luar kota sudah sering dilaksanakan, seperti ke Lampung, Anyer, Jatiluhur, Bandung, Garut, bahkan beberapa diantaranya sudah dibawa dalam perjalanan rally dan touring ke Solo, Blitar dan Bali.
Dalam sejarahnya, Mini telah berganti-ganti nama pabrikan: Austin, Morris, Leyland, British Leyland, Austin-Rover, Rover, MG-Rover. Namun, satu hal yang tidak tergantikan ialah faktor klasik desain mini, yang hebatnya sampai saat ini (hampir 50 tahun kemudian), masih menarik, enak dipandang mata dan sebagai mobil koleksi .(Mini Cooper Indonesia)